www.jelajahsejarah45.blogspot.co.id - Kusbini |
1 Januari
1910, Kusbini lahir di Desa Kemlagi,
Mojokerto, Jawa Timur. Indonesia.
Kusbini
adalah tokoh musik kroncong era 1930 – 1955 yang legendaris, bersama Annie
Landouw, Gesang, S. Abdoellah, Miss Roekiah, dll.
Kusbini,
memulai kariernya bersama Jong Indisce Stryken Tokkel Orkest (Jitso), sebuah
kumpulan musik keroncong di Surabaya.
Kusbini
mengikuti pendidikan musik Apollo di Malang. Karena tidak puas dengan
pengetahuan musik yang didapatnya secara otodidak, Sambil belajar, Kusbini
tampil sebagai penyanyi keroncong dan
pemain biola pada siaran Nirom dan Cirvo di Surabaya. Kusbini mendapat julukan
‘buaya keroncong’.
Kusbini
berhasil menciptakan lagu Bagimu Negeri, lagu fenomenal yang tetap
dikumandangkan hingga saat ini karena lagunya sanggup membangkitkan semangat
nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia. Kusbini pejuang kemerdekaan yang
berjuang lewat karya lagu.
Lirik lagu
Bagimu Negeri, Entah disengaja oleh sang komponis atau rahmat Allah, lagu ini
terdiri atas 8 kata yang diulang sebagian dan seluruhnya sebanyak 17 kata. Pembaca
punya inspirasi positif bagi negeri Indonesia tentang angka 8 dan 17?
Lirik lagu Bagimu NegeriPadamu Negeri Kami BerjanjiPadamu Negeri Kami BerbaktiPadamu Negeri Kami BerjanjiBagimu Negeri Jiwaraga KamiPadamu Negeri Kami BerjanjiPadamu Negeri Kami BerbaktiPadamu Negeri Kami BerjanjiPadamu Negeri Jiwaraga Kami!!!
Tahun 1920
– 1960, di era “Keroncong Abadi” Kusbini merupakan tokoh penyanyi dan komponis
Indonesia.
Tahun 1935
hingga 1939, Kusbini menjadi pemain musik dan penyanyi untuk perusahaan rekaman
piringan hitam Hoo Soen Hoo.
Tahun 1937
– 1942, Kusbini aktif menyanyi dan main musik keroncong bersama
Annie Landouw, S. Abdoellah, Gesang.
Kusbini pada masa Hindia Belanda menuliskan kembali
(transkrip) lagu keroncong Telomoyo, Serta menciptakan puluhan lagu keroncong,
diantaranya: Keroncong Purbakala, Pamulatsih, Bintang Senja Kala, Keroncong
Sarinande, Keroncong Moresko, Dwi Tunggal, Nina Bobo, Ngumandang Kenang dan
keroncong Purbakala.
Tahun 1941,
Kusbini namanya semakin dikenal. Terutama saat dia mulai mendalami dan berkarya
lewat lagu-lagu keroncong dan stambul. Saat itu ia mendapat kesempatan untuk
bermain film dimana sejumlah lagu digunakan untuk mengisi musik yang khusus
diciptakan untuk film Jantung Hati dan film Air Mata Ibu.
Tahun 1942,
Kusbini pada masa pendudukan Jepang, sempat bekerja di Radio Militer Hooso
Kanri Kyoku dan Pusat Kebudayaan Jepang di bidang musik. Pada masa itu Kusbini
banyak bekerja sama dengan Komponis
Ismail Marzuki, Cornel Simanjuntak, Sastrawan, Redaktur Balai Pustaka,
Sanusi Pane, dan seniman lainnya.
Tahun 1945
– 1952, Kusbini menciptakan lagu
perjuangan bersama C.Simanjuntak, Ismail Marzuki, L. Manik, dll. Lagunya
“Bagimu Negeri” merupakan lagu wajib perjuangan.
Tahun 1950,
Kusbini kemudian bekerja di P&K Yogyakarta untuk urusan musik.
Tahun 1954,
Kusbini merupakan pendiri SMINDO
(Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta milik Pemerintah – yang kemudian
menjadi AMI dan ISI Yogyakarta). Selain itu, ia mendirikan SOSI (Sekolah Olah
Seni Indonesia) yang sekarang diasuh dan diteruskan oleh anak-anaknya.
Tahun 1952
– 1956, Kusbini memenangkan pemilihan lagu keroncong, yaitu Kr. Pastoral. Pada
Pemilihan Bintang Radio dan juga Lagu Keroncong, Yang dilenggarkania RRI (Radio
Republik Indonesia).
Tahun 1971,
SOSI (Sekolah Olah Seni Indonesia) dibangun itulah, oleh anak-anak Kusbini SOSI
memberikan pengajaran keterampilan bermusik kepada para murid, seperti piano
dan biola.
Tahun
1972, Pemerintah Republik Indonesia
telah menganugerahi Kusbini Piagam Seni.
Tahun 1976,
Kusbini mendapat penghargaan dari Departemen Keamanan Komando Wilayah
Pertahanan II.
Kusbini
mendapat penghormatan dari Pemerintah Daerah Yogyakarta nama jalan di depan
rumahnya Jl. Jetishardjo dirubah menjadi Jl. Kusbini. Rumahnya yang ada di
jalan Kusbini 25. Saat ini digunakan sebagai sekolah musik Sanggar Olah Seni
Indonesia (Sosi). TV Yogyakarta juga pernah membuat Film pendek mengenai
riwayat hidup beliau.
Kusbini,
selain mengarang lagu Bagimu Negeri juga mengarang lagu-lagu lain bertemakan
semangat kemerdekaan, diantaranya Cinta Tanah Air, Merdeka, Pembangunan, Salam
Merdeka. Sedangkan lagu yang berjudul
Kewajiban Manusia adalah satu-satunya lagu yang bertemakan semangat
merdeka berirama keroncong. Lagu-lagu ini menggugah semangat bangsa Indonesia
untuk menggalang persatuan demi mencapai kemerdekaan.
Tahun
1996, Penerbit Musik Pertiwi (PMP)
memberikan royalty atas lagu-lagu karangan Alm Kusbini. Royalty itupun
diberikan langsung oleh General Manager PMP Andy Hutadjulu kepada ahli waris
Alm Kusbini di rumahnya Jl Kusbini 25 Yogyakarta.
Kusbini mendapatkan Royalty merupakan hasil penjualan
kepingan compact disk/kaset yang terjual di dalam maupun di luar negeri melalui
mekanisme undang undang no 19 tahun 2002 tentang hak cipta dan memenuhi
peraturan perpajakan yang berlaku.
Kusbini
ikut menyempurnakan teks lagu kebangsaan Komponis, Wartawan, Guru
wartawan,
Guru Indonesia Raya ini memperoleh penghormatan dari pemerintah berupa Anugerah
Seni Pemerintah Republik Indonesia.
Kusbini
ber-Istri-kan Ny. Ngadiyem serta dianugerahi 11 anak. Nama Putra dan Putri :
Eka Ksvara, Dwi Ksvara, Tri Ksvara, Catur Ksvara, Titi Panca Ksvara, Titi Sad
Ksvara, Sapta Ksvara, Titi Asta Ksvara, Nowo Ksvara, Dasa Ksvara, Titi Asih
Ksvara.
28 Februari
1991, pada umur 81 tahun Kusbini wafat
di kediamannya yang sederhana di Pengok, Yogyakarta dan dikebumikan dengan
iringan musik lagu Perdamaian yang diciptakannya sendiri.
Januari-Desember
2008, Andy menyerahkan royalty kepada ahli waris Alm Kusbini. Royalti yang
diberikan PMP kepada ahli waris Kusbini itupun sebanyak Rp 36.287.648.
Lagu-lagu
ciptaan Kusbini merupakan warisan kekayaan intelektual.
Kusbini
pengarang lagu dan pemain musik khususnya biola pada jaman Presiden RI Pertama,
Soekarno. Bakat dan kepiawaian Kusbini dilirik oleh Soekarno untuk bisa
bergabung dalam Panitia lagu kebangsaan Indonesia raya bersama WR Suprtaman,
Sanusi Pane, Muh Yamin, C Simanjuntak dan Ibu Soed.
Tahun 2011,
Kusbini mendapat penganugerahan gelar maestro dibidang seni musik dipilih Taman
Budaya Yogyakarta dalam rangka memberikaan penghargaan terhadap tokoh seniman
di Yogyakarta, yang telah bjasa menjaga dan melestarikan seni dan budaya, baik
itu lokal, nasional, dan internasional.