www.jelajahsejarah45.blogspot.co.id - Badhan(Silaturahim) |
“Seje desa mawa cara”
Lain desa lain tradisi. Pepatah Jawa itu berlaku untuk mengungkapkan tradisi
unik masyarakat di Indonesia yang banyak memiliki keragaman dalam memperingati
Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya di Dusun Krajan, Desa Karang Tengah,
Kabupaten Trenggalek. Di desa terpencil yang masuk wilayah Kecamatan Panggul
itu ada tradisi Kenduri (selamatan) yang dilakukan pada malam hari setelah pagi
harinya masyarakat melaksanakan Sholat Idul Fitri.
Tradisi kenduri di Desa
Karang Tengah itu dilakukan di setiap rumah secara bergiliran. Praktis
masyarakat dan ustadz yang diundang untuk mengikuti kenduri harus ikut
berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain dalam satu malam ba’dha
Sholat Isya’.
Menariknya, setiap
orang yang ikut kenduri wajib memakan makanan yang disediakan di setiap rumah.
Biasanya, menu makanan yang disediakan cukup sederhana, soto ayam, gulai, atau
kare ayam.
Saat mengikuti tradisi
kenduri itu, tidak sedikit pengikut kenduri yang mengaku perutnya sakit karena
kekenyangan. Bayangkan saja, bila ikut kenduri di sepuluh rumah, praktis
harus makan sepuluh piring plus minum segelas teh dan kopi. Belum lagi kue
lebarannya. “Tapi asyik, la wong ini tradisi. Ada keyakinan kebaikan di
dalamnya. Ada rasa tenteram bila sudah ber-badhan. Ini yang indah, di luar
makanannya yang bikin kenyang,” kata Sucipto, remaja desa setempat.
Bahkan, banyak pula
pengikut kenduri yang memilih tidak melanjutkan mengikuti “slametan” yang
digelar di setiap rumah dalam satu dusun. Tentunya, mereka tidak bisa lanjut
lantaran perutnya sudah penuh sesak.
Memang, di Dusun
Krajan, masyarakat memiliki kebiasaan menyuguhkan kopi setiap ada tamu yang
sonjo (bertamu) ke rumahnya.
Tradisi kenduri di
setiap rumah pada malam Lebaran di Dusun Krajan ini biasanya dilakukan
sekaligus untuk “ber-badhan”. Istilah “Badhan” sendiri artiya adalah
bermaaf-maafan antar warga.
Menurut beberapa tokoh
masyarakat setempat, istilah badhan berasal dari kata “bodho” atau dalam bahasa
Indonesia berarti “setatah”, sehabis atau pasca.
Maksud dari istilah
“badhan” adalah tradisi bermaaf-maafan setelah menjalankan Puasa Ramadhan
selama sebulan penuh.
Cara ber-“badhan”,
masyarakat di Trenggalek pun sangat unik. Berbeda degan masyarakat di daerah
lain di Jawa Timur. Di Trenggalek, masyarakat yang muda wajib malakukan
sungkem badhan kepada orang yang lebih tua.
Cara meminta maaf pun
dilakukan cukup lama, sebab yang muda terlebih dulu mengucapkan kalimat
permintaan maaf yang sangat penjang. Berikutnya, yang lebih tua menjawab
permintaan maaf sekaligus meminta maaf kepada yang muda dengan kalimat yang
sangat panjang pula.
Dalam setiap sungkem
badhan, bisa memakan waktu 3-4 menit. Otomatis, bila kita ikut melakukan
badhan bersama-sama ke rumah kerabat yang lebih tua, harus rela antre cukup
lama.
“Kalimat maaf yang
panjang itu seperti sudah pakem. Tapi sekarang agak dikurangi durasinya. Apa
sih di zaman ini yang tidak dikurangi hal-hal tradisi yang sejatinya baik itu,”
kata Lasmi, teman Sucipto. (gus)
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: SUARA DESA; Edisi 05 I 15 Juni -15 Juli 2012, hlm. 29
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: SUARA DESA; Edisi 05 I 15 Juni -15 Juli 2012, hlm. 29